Catatan Singkat di Malam Minggu
Tulisan
ini merupakan ulasan perjalanan saya dengan kaka-kaka Lawalata. Mereka adalah ka
Anas, ka Beni, ka Ode dan yang termuda adalah Bakel. Kami berlima yang
terdampar di sekret Lawalata, ingin menghirup udara segar mumpung cerah dan malam
ini ternyata adalah malam minggu. Perjalanan ini sekaligus melunasi niat kami yang
awalnya ingin pesta pantai di pantai selatan, namun tak jadi karena berbagai
hal.
Waktu
tempat menunjukkan Dramaga Bogor, 2 Agustus 2014, pukul 11 malam. Berangkat dari
sekret kita menuju Gunung Bunder yang termasuk dalam kawasan Taman Nasional
Gunung Halimun Salak (TNGHS). Kami
menggunakan 3 sepeda motor. Tanpa membawa tenda, trangia dan seperangkat alat
kemping lainnya, warung pinggiran adalah tempat pantat kami berlabuh.
Seperti
biasa, tidak perlu laptop, play station
atau pun elektronik lainnya untuk menghibur diri disini. NGOBROL, aktivitas
utama kami. Caranya sangat mudah. Cukup menggunakan dan memaksimalkan lima alat
indera dan organ tubuh lainnya. Kuatkan mata untuk tetap bertahan. Buka lebar
telinga, tahan mulut untuk mengemil, besarkan hidung, dan kencangkan pori-pori
kulit karena udara dingin.
Mulai dari
Revolusi Mental, Pendidikan di Indonesia dan Bahasa Inggris
Ngobrol ngalor ngidul memiliki
keunikan sendiri. Tidak perlu direncanakan apa yang hendak diobrolkan, biarkan
saja mengalir mengiringi kepergian malam. Sepertinya sudah tradisi, ngobrol
yang asik itu saat kondisi perut kenyang, ada cemilan, dan minuman yang melepas
dahaga. Yuk, kita awali dengan mesen mie telor, kopi pahit, teh manis, makan
pisang goreng yang sudah ada dan sesekali menguliti kacang kulit.
Dari sekian banyak percakapan yang
menguap ke udara, cukup 3 yang ingin saya tulis. Pertama yaitu revolusi mental,
kedua adalah pendidikan, terakhir adalah penting bagi kita untuk lancar
berbahasa Inggris. Topik ini bukanlah berdurasi waktu yang didiskusikan seperti
saat seminar atau kajian-kajian. Jadi, tidak ada narasumber dan moderator,
semua bebas untuk bertanya dan menanggapi. Tentu yang sudah banyak asam garam di
dunia kerja mampu memberikan contoh-contoh nyata, masalah dan solusinya. Bagi
saya pribadi, ini menarik untuk didengar dan dicermati.
Muara,
layaknya air sungai yang bermuara, lalu serpihan serpihan yang tersurat tersirat
menyempit, dan ujung-ujungnya kita semua berkata “Bener ini, Revolusi mental…”
lalu kita semua terkikih nyengir. Bagaimana tidak, awal masuk kawasan ini saja
kami sudah diminta membayar tiket masuk lebih besar dari yang seharusnya. Jelas
terpampang di baliho informasi harga tiket masuk (HTM), namun masyarakat yang
menjaga me mark up nya. Mungkin kami
termasuk rombongan yang ‘kritis’ menanggapi hal ini. Sempat terjadi debat
kecil, namun akhirnya kami membayar sesuai keinginan mereka. Pesan kami kepada
pengunjung lainnya, minta tiket masuk ya sebagai bukti pembayaran. Karena uang
yang masuk ke negara berdasar tiket yang terjual. Tiket yang kami terima malam
ini adalah tiket siang dari orang-orang yang tidak meminta tiket masuk.
Dalam hal pendidikan, rekomendasi obrolan kami
adalah coba uji coba beasiswa penuh untuk mahasiswa sampai lulus kuliah, S1, S2
bahkan sampai S3. Beasiswa berupa bebas biaya kuliah dan mendapatkan uang saku.
Namun, uang saku ini wajib dikembalikan ke kas negara ketika orang tsb. sudah
bekerja dan mendapatkan penghasilan melebihi batas gaji yang ditentukan.
Terapkan ini di kampus negeri dengan seleksi masuk yang cukup ketat, sehingga
orang-orang akan bersemangat belajar. Saya berpendapat, dengan kewajiban negara
menganggarkan 20 persen dari APBN dan 20 persen APBD, rasanya hal itu sangat mungkin
dilakukan. Seluruh biaya kuliah gratis, namun uang saku dikembalikan setelah
bekerja.
“Zaman
sekarang, menguasai bahasa asing sangat penting, satu aja minimal, bahasa
Inggris.” Ujar ka Anas. Lalu dia cerita pengalaman kerjanya selama ini. Ehm, menurut
saya emang ternyata kita harus dapat berbahasa Inggris. Namun kami semua
masing-masing menyatakan minim kemampuan berbahasa inggris. Tiba-tiba ka Beni men-download software berjudul ‘fluent english’. Hehe cepet banget di
responnya. Jadilah kami lainnya penasaran apa sih fluent english itu? Anda penasaran juga? Silakan download gratis di google playstore bila Anda menggunakan ponsel pintar (smartphone) aplikasi Android.
Belum
berhenti mulut ini, jam menunjukkan saatnya matahari menampakkan sinarnya. “Yuk
balik, daripada tidur dan bangun siang
di warung…” ucap ka Ode. Oke, kita semua sepakat, lalu bergegas dan tidak lupa
bayar jajanan ke Ibu warung. Wow, cukup mahal juga ya, total jajanan 97 ribu.
Alhamdulillah di bayarin sama ka Anas (hatur nuhun ka).
Perjalanan balik di pagi hari, saya dapat
melihat jelas sawah nan hijau, langit biru merona dan sebagian masyarakat ber
aktivitas ekonomi (jual beli untuk sarapan, jual sayur mayor, dsb). Namun
ternyata kondisi jalan cukup banyak yang rusak berlubang. Seharusnya pemerintah
merespon cepat mengingat akses jalan yang baik adalah salah satu aspek kepuasan
orang berwisata.
Bagi
Anda yang memiliki rutinitas padat yang mungkin menjemukan otak, saya
menyarankan untuk sesekali menginjakkan kaki di warung di kawasan gunung
bunder. Banyak sekali warung tersedia, tinggal pilih berdasarkan jumlah orang
yang berangkat. Kemping ceria, jagung bakar, air terjun, wisata trekking kawah ratu,
sewa Vila, banyak kegiatan dan tempat pilihan sesuai kebutuhan dan keinginan Anda.
Bagi saya, cukup duduk santai di warung, menikmati makanan cemilan yang ada,
lalu ngobrol ngalor ngidul, merupakan aktivitas yang menyenangkan. Tak percaya?
Coba deh…
Kan aku iri..wah asik banget apalagi kalo ada cewenya..hehehe obrolannya juga berisi..bukan sembarang ngobrol..
ReplyDelete