Badan
Pusat Statistik mencatat penduduk Indonesia pada tahun 2010 berjumlah 237,6
juta jiwa (BPS, 2010). Ini menempatkan
Indonesia pada peringkat keempat dalam
jumlah penduduk terbanyak di dunia, dibawah negara Cina, India, dan Amerika
Serikat. Seharusnya dengan jumlah sumber daya manusia yang banyak Indonesia
dapat menjadi negara maju, unggul dibidang perekonomian, politik, sosial, hukum,
budaya, ketahanan dan keamanan negara. Indonesia termasuk dalam sepuluh besar
negara dengan jumlah pengusaha terbanyak, menjadi sepuluh besar negara dalam
perolehan medali emas pada olimpiade dan hal lain yang dapat membanggakan bangsa Indonesia. Namun fakta tidak terjadi demikian,
Indonesia masih menjadi negara berkembang dengan jumlah pengangguran,
kemiskinan dan korupsi yang memprihatinkan.
Terdapat dua
faktor penting yang mendukung sebuah negara untuk menjadi negara maju, yaitu potensi sumber
daya alam dan kualitas sumber daya manusia yang dimiliki. Indonesia adalah
negara dengan sumber daya alam yang melimpah, hutan dan lautan luas dengan
beragam hasil yang dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan hidup. Ini merupakan anugerah dan karunia dari sang
Pencipta yang harus disyukuri. Namun, potensi sumber daya alam yang melimpah
belum dapat dikelola secara maksimal karena kualitas sumber daya manusia yang
belum mencukupi.
Menjadi
negara maju, Indonesia harus unggul dalam bidang ekonomi, politik, sosial, hukum,
budaya, ketahanan dan keamanan negara. Diantara bidang-bidang tersebut terdapat
satu bidang yang sangat mempengaruhi pada bidang lainnya, yaitu politik karena
politik menjadi landasan dalam menentukan kebijakan pada bidang ekonomi,
sosial, hukum, budaya, ketahanan dan keamanan. Politik adalah (pengetahuan)
mengenai ketatanegaraan atau kenegaraan (seperti sistem pemerintahan, dasar pemerintahan; segala urusan dan tindakan (kebijakan, siasat,
dsb) mengenai pemerintahan negara atau terhadap negara lain ; cara bertindak (dalam menghadapi atau
menangani suatu masalah); kebijaksanaan (Kamus Besar Bahasa Indonesia).
Ketika
Megawati menjabat sebagai presiden Republik Indonesia ke lima, terdapat
keputusan penting dalam perjalanan demokrasi politik sejarah bangsa Indonesia.
Peraturan mengenai presiden dipilih secara langsung oleh rakyat menjadi sebuah
keputusan final. Ini langkah konkrit bahwa Indonesia serius untuk melaksanakan
demokrasi. Pemilihan Umum (Pemilu) pertama pemilihan presiden secara langsung
terlaksana dengan baik. Terpilihnya presiden Susilo Bambang Yudoyono dan Jusuf
Kalla sebagai presiden dan wakil presiden saat itu membawa harapan bahwa
Indonesia menjadi lebih baik. Namun, kompleks nya permasalahan bangsa yang
nyata sehingga dibutuhkan waktu yang lama
untuk proses mengubah kebobrokan yang telah tercipta.
Erros
Djarot dalam bukunya Rapot Indonesia menyatakan bahwa Politik di Indonesia
dapat dikatakan sudah mati, yang ada hanyalah sejumlah kegiatan politiking di
segala bidang oleh mereka yang menamakan diri politisi-penguasa panggung
politik masa kini. Marak dan seru hanya berkutat di seputar kepentingan
kelompok yang satu mengganjal atau berbagi dengan kelompok yang lain. Isinya
sekitar siapa mendapatkan apa; siapa menginjak dengan apa terhadap siapa dan
mendapatkan apa dan menyetor kemana. Kinerja politik orang-orang partai
seharusnya pada upaya memenangkan urusan dan kepentingan publik, namun yang
terjadi hanya ajang perebutan kepentingan kelompok partai serta kepentingan
para elite partai semata. Sementara kepentingan publik atau rakyat sudah jauh
tergusur kepinggir dan mati. Politik sudah dimatikan oleh sistem, budaya dan
perilaku politik itu sendiri.
Mencermati perpolitikan Indonesia saat ini, sungguh
memprihatikan bagi rakyat Indonesia. Para
politikus seharusnya memahami dan mengetahui permasalahan bangsa serta menjadi
ujung tombak untuk memajukan negara. Politikus tentu memiliki kemampuan dalam
membaca permasalahan bangsa. Namun faktanya mereka seperti memikirkan
memperoleh kekuasaan saja. Menjelang pemilihan umum tiba, beramai-ramai tokoh
politik terjun langsung ke masyarakat untuk mendapatkan suara rakyat. Berbagai
janji mereka ucapkan kepada rakyat. “Jika saya terpilih nanti, saya jamin
rakyat akan sejahtera, tidak ada lagi kemiskinan, lapangan pekerjaan banyak,
pendidikan gratis” dan janji-janji lainnya. Begitu pandainya mereka berorasi
sehingga partisipan yang ikut dalam kampanye bersorak ria, bertepuk tangan dan
mengelu- elukan calon wakil rakyat. Sadarkah calon tersebut bahwa janji-janji
yang disampaikan sangat diharapkan dan dinantikan realisasinya oleh rakyat.
Namun janji-janji tidak ditepati ketika sudah terpilih menjadi wakil rakyat.
Oleh karena itu wajar bila rakyat jenuh karena selalu diberi janji setiap
menjelang Pemilihan Umum.
Fenomena
yang terjadi pasca Pemilu ialah para politikus tidak siap menerima kekalahan.
Mereka mendirikan partai politik baru sebagai roda politik untuk Pemilu
selanjutnya. Lihat saja jumlah partai politik baru yang bermunculan ketika
menjelang Pemilu berikutnya. Mereka beramai-ramai mengatasnamakan rakyat,
berjuang untuk kaum miskin, dsb untuk mendapatkan dukungan rakyat mendirikan
parpol baru. Padahal untuk membentuk suatu parpol dibutuhkan dana dan energi
yang besar. Alangkah bijak bila dana tersebut digunakan untuk membantu rakyat
miskin. Bila ini dilakukan tentu rakyat lebih percaya dan simpatik dibandingkan
dengan menebarkan janji dan menarik simpatisan demi terbentuknya parpol baru.
Figur yang menjadi tokoh parpol baru umumnya mereka yang tidak terpilih oleh
partainya untuk menjadi calon presiden dari partai tersebut. Inilah politik
Indonesia yang hanya berorietasikan harus menjadi pemimpin bangsa untuk dapat
memajukan negara Indonesia.
Padahal,
banyak hal yang dapat dilakukan oleh anak bangsa selain hanya mengejar
kekuasaan semata. Keahlian yang mereka miliki pasti sangat berguna dalam
membantu menyelesaikan kompleksitas permasalahan bangsa. Setiap orang
ditakdirkan memiliki peranan saat hidup di dunia. Seorang pengusaha tidak perlu
ambisius untuk menjadi tokoh politik. Pengusaha berperan penting untuk membantu
mengurangi jumlah pengangguran di Indonesia. Seorang dengan latar belakang
artis dapat berperan baik karena artis menjadi gambaran atau trend yang selalu
diikuti oleh masyarakat. Sikap hidup artis yang baik akan menjadi contoh bagi
masyarakat agar berprilaku hidup baik. Ini lebih penting dibanding artis yang
berlomba untuk menjadi politikus. Banyak sumbangsih yang dapat diberikan tiap
pekerjaan tanpa harus manjadi politikus.
Manusia
yang hidup jaman sekarang seharusnya tidak egois mementingkan diri sendiri,
karena keberlangsungan negara ini akan diteruskan oleh anak cucu bangsa. Bila
nafsu yang hanya diikuti, kesengsaraan berkepanjangan yang akan diterima oleh
generasi penerus bangsa. Hutang negara yang masih menumpuk, sumber daya alam
yang terus berkurang, bila generasi penerus bangsa tidak siap menerima ini
semua, maka kehancuran bangsa sudah dapat terbayangkan. Masa depan yang
didambakan oleh seluruh rakyat Indonesia adalah kesejahteraan dan kemerdekaan
yang hakiki. Kemerdekaan yang sesungguhnya, dari segi ekonomi, kebudayaan dan
aktualisasi diri. Tidak hanya merdeka dalam arti bebas dari penjajah yang
terlihat secara fisik, tetapi juga penjajah semu yang sama bahayanya dengan
penjajah jaman dahulu (kompeni).
Melihat tokoh-tokoh politik
saat ini, sepertinya belum ada wajah baru untuk menjadi pemimpin bangsa yang
dapat dipilih secara langsung oleh rakyat Indonesia. Indonesia kehilangan sosok
dan semangat kaum atau golongan muda untuk masuk ke dunia perpolitikan. Padahal
golongan muda memiliki peran strategis untuk melakukan perubahan. Golongan tua
yang mengisi kursi di wakil rakyat tidak dapat membawa perubahan bangsa kearah
yang lebih baik. Maka dari itu diperlukan semangat kaum muda untuk memperbaiki
kondisi bangsa, karena kaum muda memiliki energi dan pemikiran idealis yang tinggi serta semangat
juang yang lebih membara untuk merealisasikan tujuannya.
Persentase golongan putih (masyarakat yang
tidak menggunakan hak pilihnya) terus meningkat setiap Pemilu lima tahun sekali,
ini menandakan kelesuan rakyat terhadap perpolitikan Indonesia. Sebagian
masyarakat sudah tidak peduli akan politik Indonesia karena siapa pun yang
menang Pemilu hasilnya sama saja, tidak membuat rakyat sejahtera tetapi justru
memusingkan rakyat karena memikirkan janji-janji yang tidak terpenuhi. Sebagai
kaum muda yang memiliki hak pilih, sebaiknya tidak terbawa oleh sebagian
masyarakat yang memposisikan dirinya menjadi golongan putih. Paradigma
yang harus dibangun oleh kaum muda adalah tidak memandang politik hanya
dianggap untuk meraih kekuasaan. Politik merupakan landasan kebijakan yang
ideal, yang berarti sesuai dengan tujuan awal bahwa politik menentukan
kebijakan secara adil, baik dalam bidang ekonomi, sosial, hukum, budaya,
keamanan dan ketahanan negara.
Kaum
muda seharusnya lebih peduli terhadap politik bangsa Indonesia. Sebagai calon
penerus bangsa menjadi kewajiban bagi kaum muda untuk dapat berpolitik dengan
benar. Memahami hakikat sebagai politikus yang baik, tidak hanya mengejar
kekuasaan semata. Sejarah mencatat, kaum
muda lah yang dapat melaksanakan perubahan bangsa. Negara Indonesia merdeka
karena kaum muda pada waktu itu memiliki semangat juang yang tinggi dan sangat
kritis. Mereka mendesak golongan tua untuk segera melaksanakan proklamasi
kemerdekaan.
Pada
tanggal 14 Agustus 1945
Jepang menyerah kepada Sekutu. Tentara dan Angkatan
Laut Jepang masih
berkuasa di Indonesia karena Jepang telah berjanji akan mengembalikan kekuasaan
di Indonesia ke tangan Sekutu. Sutan Sjahrir, Wikana, Darwis, dan Chaerul Saleh
mendengar kabar ini melalui radio BBC. Setelah
mendengar desas-desus Jepang bakal bertekuk lutut, golongan muda mendesak
golongan tua untuk segera memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Namun
golongan tua tidak ingin terburu-buru. Mereka tidak menginginkan terjadinya
pertumpahan darah pada saat proklamasi. Konsultasi pun dilakukan dalam bentuk
rapat PPKI. Golongan muda tidak menyetujui rapat itu, mengingat PPKI adalah
sebuah badan yang dibentuk oleh Jepang. Mereka menginginkan kemerdekaan atas
usaha bangsa kita sendiri, bukan pemberian Jepang (Wikipedia).
Berdasarkan
hal tersebut menunjukkan bahwa kaum muda menjadi ujung tombak dalam
melaksanakan perubahan bangsa. Kaum muda yang kritis dan idealis berani untuk
mengungkapkan pendapat. Mahasiswa sebagai kaum muda intelektual berperan
strategis dalam melakukan perubahan. Mahasiswa menjadi perantara antara
pemerintah dengan rakyat Ini pun terjadi ketika bangsa Indonesia mengalami
kejenuhan dalam dunia perpolitikan pada era orde baru. Indonesia mengalami
kejenuhan akibat terlalu lamanya seseorang menjadi presiden. Mahasiswa
melaksanakan aksi besar-besaran menuntut agar Soeharto mundur sebagai presiden
Indonesia. Mahasiswa rela berkorban mempertaruhkan nyawa menghadapi tentara agar Soeharto mundur dari
jabatan presiden. Saat itu pergerakan mahasiswa didukung oleh masyarakat.
Indonesia. Ekonomi dan politik dalam kondisi titik nadir terendah. Akhirnya
dengan pertimbangan yang matang, beliau menyatakan resmi mundur sebagai
presiden Indonesia. Mahasiswa berhasil menggulingkan kekuasaan Soeharto yang
identik dengan penguasa otoriter. Berakhirnya Soeharto berakhir pula masa orde
baru. Masyarakat menerima fakta tersebut dan mengharapkan semoga kehidupan
ekonomi dan politik Indonesia dapat menjadi lebih baik.
.
Menyadari pentingnya pengetahuan dan pemahaman politik, kaum muda harus lebih
peduli terhadap perpolitikan Indonesia dengan tidak bersikap apatis. Kaum muda
seharusnya berani untuk duduk di Pemerintahan menjadi anggota Dewan Perwakilan
Rakyat. Bila kaum muda sudah tidak peduli terhadap masalah politik, lalu
siapakah yang kelak memimpin bangsa Indonesia. Soekarno pernah menyatakan “Beri
aku seribu orang, dan dengan mereka aku akan menggerakkan Gunung Semeru! Beri
aku sepuluh pemuda yang membara cintanya kepada tanah air, dan aku akan
mengguncang dunia!” Soekarno menyadari bahwa semangat kaum muda yang kelak
melakukan perubahan menuju bangsa yang lebih baik.
Melihat
realita sekarang, sulit melihat kaum muda (mahasiswa) peduli akan perpolitikan.
Selain mahasiswa yang mengambil jurusan politik tentunya, mereka umumnya tidak
peduli dengan kondisi politik sekarang. Mahasiswa umumnya lebih asik dengan
dunia remaja, pergaulan bebas, hura-hura, dan sebagainya. Hanya sedikit
mahasiswa yang benar-benar peduli dan berpikir kritis mengenai politik. Padahal
politik adalah sesuatu yang vital menjadi landasan arah berbagai kebijakan
bangsa. Keputusan perundang-undangan dari hasil politik sangat mempengaruhi
bidang ekonomi, hukum, sosial, budaya,keamanan dan ketahanan negara.
Kaum
muda (mahasiswa) seharusnya memiliki rasa keingintahuan kondisi politik
Indonesia saat ini. Dengan mahasiswa menyadari pentingnya politik, mereka akan
berusaha mengkritisi perpolitikan yang terjadi. Mahasiswa yang hendak berunjuk
rasa, seharusnya sadar akan yang mereka inti dari perjuangan ketika berunjuk
rasa. Banyak hal yang dapat dilakukan oleh kaum muda (mahasiswa), seperti turut
serta dalam pemilih ketika pemilihan umum, tidak terhasut politik uang yang dilakukan
sejumlah partai politik, dan berani menentukan pilihan serta menjadi pemain
langsung dalam perpolitikan.
Salah
satu solusi nyata adalah memberikan pendidikan politik kepada anak-anak muda
ketika duduk di bangku sekolah. Dengan pengetahuan dan pemahaman yang baik maka
kaum muda mengerti betapa pentingnya politik untuk dipelajari. Setelah itu
dilaksanakan secara maksimal, kelak banyak pemuda yang tertarik untuk terjun ke
dunia politik. Dalam pemberian pendidikan politik harus diimbangi dengan
pendidikan mental dan akhlak yang kuat, karena perilaku baik dapat berubah menjadi
tercela ketika sudah duduk di pemerintahan, ini dapat terjadi akibat sistem politik
itu sendiri dan godaan yang kuat untuk berbuat tidak benar seperti korupsi kolusi dan
nepotisme.
Setelah
itu harus ada program kelanjutan dari Pemerintah ketika kaum muda memasuki
dunia kampus. Pemerintah harus serius menangani hal ini, karena pemerintah
memiliki hak dan wewenang dalam mengatur kurikulum pendidikan. Menyadari pentingnya pengetahuan dan pemahaman
politik, mahasiswa harus lebih peduli terhadap perpolitikan yang terjadi Indonesia.
Kaum muda seharusnya berani untuk bercita-cita menjadi wakil rakyat. Bila kaum
muda sudah tidak peduli terhadap masalah politik, lalu siapakah yang kelak
memimpin bangsa Indonesia.
Pemimpin
berpendapat bahwa permasalahan bangsa adalah masalah politik, ekonomi dan hukum
sehingga penyelesaian melalui jalur ini dilaksanakan dengan berbagai cara,
termasuk sejumlah improvisasi yang terkadang mengejutkan seperti bantuan
langsung tunai. Sebenarnya bukan masalah politik, ekonomi dan hukum yang
menjadi permasalahan, walaupun yang tampak seperti demikian. Permasalahan
bangsa, intinya adalah masalah budaya atau kebudayaan. Bangsa ini telah
kehilangan hal yang sangat mendasar, yaitu nilai-nilai karakter sebagai bangsa
pejuang dan penggagas. Selama puluhan tahun di jaman orde baru Indonesia
menjadi bangsa penikmat dan diarahkan untuk hidup dalam budaya hedonis. Tidak
ada ruang untuk berkreativitas, ini dibuktikan dengan dibelenggunya kebebasan
pers dalam menyampaikan berita. Rakyat sangat patuh terhadap penguasa, sehingga
setiap keputusan harus selalu menunggu dan meminta dahulu petunjuk bapak
presiden. Rakyat menjadi kumpulan manusia tanpa kekuatan dan kehilangan budaya.
Namun perilaku korup menjadi budaya bagi segilintir orang, yaitu para elite
penguasa negeri.
Terkait
permasalahan ekonomi, hukum dan politik, hal terpenting solusi untuk
permasalahan bangsa adalah budaya. Hal vital yang harus dibenahi oleh bangsa
ini adalah kebudayaan dalam kehidupan sehari-hari. Ketika permasalahan bangsa
secara ekonomi, politik, hukum tidak dapat diselesaikan dengan keilmuan itu
sendiri, kebudayaan lah yang akan menjawab permasalahan tersebut. Budaya jangan
dipandang hanya sebagai ritual, kesenian dari budaya itu sendiri. Budaya
merupakan kebiasan hidup manusia dalam kehidupan sehari-hari. Budaya disiplin,
jujur, berani membela kebenaran dsb. adalah budaya yang menjadi ciri khas dan
selanjutnya menjadi kebudayaan.
Budaya
pada intinya adalah kebiasaan diri agar terbentuk karakter yang tangguh dalam
hal apapun. Contoh berikut dalam bidang ekonomi, sosial dan hukum. Dalam bidang
ekonomi seperti orang tua sejak kecil membiasakan anak-anaknya untuk hidup hemat dalam mengelola uang, tidak
boros. Kaum muda diberikan pemahaman betapa penting untuk saling mengasihi
antar sesama, dibiasakan untuk bersimpati dan bersosialisasi di lingkungan
masyarakat. Dalam hukum, kaum muda dibiasakan untuk berbuat jujur dan berani
mengakui kesalahan. Akhlak kaum muda dibentuk agar tidak mencontek ketika
ujian, bukan karena takut oleh pengawas tetapi sadar akan kehendak pribadi,
diberikan pemahaman bahwa hasil yang diperoleh selalu berbanding lurus dengan
proses, maka dari itu proses (perjuangan) harus ditekankan agar kaum muda tidak
berpikiran instan untuk mendapatkan sesuatu yang diinginkan. Mencontek, tidak
mau menjalankan proses dengan benar adalah bibit-bibit korupsi yang dapat
tumbuh dalam setiap individu. Intinya, nilai-nilai positif dalam kehidupan
harus ditanamkan dalam pribadi kaum muda sebagai generasi penerus bangsa. Kaum
muda harus dapat mengendalikan diri bila menjadi wakil rakyat yang mengabdi kepada
bangsa Indonesia. Masa depan bangsa Indonesia ada di kaum muda sebagai generasi
penerus bangsa. Diperlukan manusia- manusia yang berjiwa tangguh, terbaik dari
segi pengetahuan dan pemahaman permasalahan bangsa, berkomitmen besar untuk
melakukan perubahan, dan berakhlak baik
agar prilaku mereka menjadi contoh masyarakat.
Generasi muda
penerus bangsa harus membudayakan kebiasan baik tersebut, hidup jujur,
disiplin, dan memiliki tekad yang kuat untuk mengubah bangsa yang dimulai dari diri
masing-masing. Bila setiap orang dapat mengendalikan ego sendiri, lalu beranjak
dapat mengendalikan keluarga, kemudian di lingkungan masyarakat lalu ke skala
yang lebih luas yaitu negara Indonesia, mudah-mudahan bukan kepentingan
kelompok atau golongan yang diperjuangkan oleh para wakil rakyat kelak.
Melainkan para wakil rakyat memperjuangkan Indonesia bebas dari keterpurukan,
pengangguran, kemiskinan dan Korupsi, Kolusi dan Nepotisme, sehingga tercipta
kemerdakaan yang sejati. Oleh karena itu peranan kaum muda dalam berpolitik
menjadi sangat penting, mengingat generasi penerus bangsa adalah kaum muda,
yang harus memahami permasalahan bangsa dan berani menekuni dunia politik
dengan budaya hidup yang baik dimiliki dari kebiasaan hidup sehari-hari, semoga.
No comments:
Post a Comment
Ayo dong komentar, terima kasih