Kelestarian
bumi merupakan kelestarian kehidupan makhluk hidup (manusia, hewan, tumbuhan),
benda mati dan alam yang terjaga dengan baik. Ini dikarenakan bumi sebagai
tempat manusia, hewan dan tumbuhan hidup berhubungan secara harmonis bersama alam. Kelestarian bumi berarti
menjadikan bumi tetap pada keadaan semula, seimbang dan tidak mengalami
kerusakan yang disebabkan pencemaran oleh makhluk hidup terutama manusia.
Kondisi bumi yang seimbang menjadikan keadaan alam di bumi tersebut terus
terjaga dari kondisi bencana alam secara berkelanjutan, karena pada dasarnya
keseimbangan terjadi secara alami di alam bila manusia bersikap sewajarnya.
Bencana alam yang banyak terjadi di
muka bumi beberapa tahun dekade ini seperti banjir bandang, kebakaran hutan,
dan tanah longsor adalah indikator ketidakseimbangan alam. Manusia memanfaatkan
potensi alam yang ada untuk memenuhi kehidupannya, tetapi tidak menetralkan
atas tindakannya. Menebang pohon dalam jumlah besar untuk bahan baku kertas, bahan bangunan dan
produk hasil kayu lainnya, tetapi tidak melakukan penanaman kembali dengan
jumlah yang sama. Demi keuntungan semata, manusia tidak ragu untuk mengganti lahan gambut serta membabat habis
hutan secara luas untuk digantikan dengan tanaman kelapa sawit. Hutan yang
berfungsi sebagai paru-paru dunia dan penyeimbang ekosistem kehidupan,
tergantikan oleh tanaman kelapa sawit yang hanya menguntungkan pihak-pihak
tertentu saja. Tentu hal ini sangat mempengaruhi lingkungan bumi kita. Banjir
dan tanah longsor yang terjadi pun akibat ketidakseimbangan yang terjadi. Bila
hujan besar turun, limpasan air yang tidak terserap dengan baik oleh hutan akan
terakumulasi secara besar sehingga
menyebabkan banjir. Selain itu, banjir sangat didukung untuk terjadi dengan saluran
air yang buruk akibat tersumbat (mampat) oleh banyaknya sampah yang dibuang
masyarakat secara liar.
Isu
lingkungan yang membumi untuk saat ini ialah perubahan iklim. Hal ini
pun terjadi akibat ketidakseimbangan alam. Menurut pendapat seorang pakar iklim
IPB, Prof. Dr. Ir. D. Murdiyarso yang dituliskan dalam Diposaptono (2009),
perubahan iklim merupakan perubahan unsur-unsur iklim dalam jangka waktu
panjang (50-100 tahun) yang dipengaruhi oleh kegiatan manusia menghasilkan
emisi gas rumah kaca. Hal paling nyata dari perubahan iklim adalah pemanasan
global. Pemanasan global adalah pertambahan rata-rata suhu permukaan bumi dan
lautan yang tercatat dibandingkan dengan abad-abad sebelumnya (Tauli-Corpuz
dkk.,2009). Pilihan yang dapat dilakukan manusia untuk menyikapi hal ini adalah
mencari solusi yang tepat untuk menghentikan pemanasan global atau berusaha
untuk meminimalkan efek yang ditimbulkan dari pemanasan global.
Bila
menengok sejarah silam, terdapat seorang wanita yang dapat menjadi acuan untuk
mengatasi masalah pemanasan global. Tokoh tersebut bernama Raden Adjeng
Kartini atau yang dikenal masyarakat luas dengan panggilan Kartini. Kartini
adalah seorang pahlawan wanita dari kalangan priyayi atau kelas bangsawan Jawa. Kartini
merupakan potret pejuang gerakan emansipasi sejati. Perjuangan Kartini dapat sebagai penyemangat
untuk generasi saat ini. Beliau tetap gigih dan memiliki semangat yang tinggi
untuk mencapai tujuannya. Beliau berkehendak
menjadikan kaum wanita memiliki kesetaraan dalam hak memperoleh
pendidikan. Dahulu kala, wanita hanya sibuk mengurusi rumah tangga. Mereka
terkungkung untuk mengungkapkan pemikirannya dikarenakan pengkondisian yang
dilakukan oleh kaum penjajah. Kartini tidak hanya diam melihat fenomena yang
terjadi. Meskipun teknologi informasi belum banyak seperti sekarang ini, ia
memanfaatkan fasilitas yang ada. Hanya berupa buku, majalah, kertas dan alat
tulis yang ada saat itu, beliau memaksimalkan nya menjadi suatu fasilitas untuk
berhubungan dengan dunia luar (Eropa) melalui surat-menyurat agar mendapatkan informasi dan ilmu
pengetahuan. Semangat seperti inilah
yang harus di teruskan oleh generasi zaman sekarang, tidak terkecuali wanita. Semangat yang terus
membara walau dalam kondisi keterbatasan, tetapi dapat terus berkreasi umtuk
memperjuangkan hal yang terasa janggal di lingkungan sekitar.
Bila dikaitkan dengan perjuangan
yang dilakukan Kartini, Banyak hal yang dapat dilakukan oleh kaum wanita jaman
sekarang untuk menjaga kelestarian bumi. Wanita memiliki peran strategis di
dalam sebuah keluarga. Oleh karena itu dapat dimulai dari hal-hal yang ringan
tampaknya namun kadang-kadang sering terabaikan, seperti membuang sampah rumah tangga sesuai
dengan tempatnya, selalu mengingatkan keluarga membuang sampah pada tempatnya,
menanam pohon di pekarangan rumah, mengingatkan keluarga untuk berhemat
menggunakan listrik dan lainnya. Bila hal ini sudah menjadi tradisi setiap
keluarga di seluruh dunia, tentu dapat mengurangi pemanasan global yang sedang
terjadi.
Selain
itu, contoh tindakan nyata yang dapat dilakukan oleh wanita adalah menggunakan
produk daur ulang.
Bumi ini setiap harinya menampung jumlah sampah yang semakin banyak dan menggunung.
Ini akibat dari konsumenisme para makhluk bumi. Semakin banyak jumlah manusia,
semakin banyak sampah yang dihasilkan oleh manusia. Namun ini tidak diimbangi
dengan penyelesaian pengolahan limbah sampah tersebut. Jaman semakin maju,
sampah yang diproduksi manusia pun semakin berbahaya. Sebelum terdapat
teknologi yang canggih, sampah berkisar pada sampah alami (daun-daunan).
Sampah-sampah tersebut tidak berbahaya karena masih dapat di daur ulang.
Sekarang, sampah semakin beragam jenis, seiring dengan perkembangan pemikiran
manusia ( stereofoam, plastik, limbah kimia, dan lainnya). Tentu sampah ini
sangat berbahaya, karena secara alamiah sulit untuk mengurai. Awalnya sebelum
berbentuk sampah, produk ini memang sangat berguna untuk manusia karena bersifat
praktis. Namun ketika sudah tidak digunakan dan menjadi sampah, ini dapat membahayakan kesehatan manusia dan mengancam
kerusakan bumi.
Contoh yang saya ceritakan ialah Ibu
Mila, bertempat tinggal di Bogor. Beliau memproduksi produk yang berasal dari
limbah plastik di lingkungan sekitar tempat tinggalnya. Produk yang dihasilkan
beraneka ragam, seperti tas jinjing untuk kaum wanita berbelanja, tas backpack untuk siswa-siswi bersekolah,
wadah penampung cucian, tempat pensil, serta produk lainnya yang bermanfaat
sehari-hari. Ibu Mila memiliki dua orang sebagai pegawainya untuk membantu
proses produksi. Produk yang dihasilkan dipasarkan dengan harga yang relatif
murah agar dapat di konsumsi oleh seluruh kalangan masyarakat. Bila dilihat
dari segi pendidikan, tentu kegiatan ini memiliki pesan, ternyata limbah
plastik dapat dimanfaatkan untuk menjadi produk yang berguna sehari-hari.
Awalnya pada tahun 2008, Ibu Mila mendapatkan pelatihan dari
Pemerintah setempat mengenai pemanfaatan
sampah. Pada kesempatan tersebut masyarakat diberikan penjelasan perihal sampah
yang dihasilkan rumah tangga, ternyata dapat dijadikan produk yang bermanfaat.
Bahkan dapat dikembangkan menjadi sebuah industri skala rumah tangga bila
ditekuni secara serius. Setelah pelatihan selesai, Ibu Mila merasa tertarik
untuk mengetahui lebih lanjut mengolah sampah menjadi produk yang bermanfaat.
Ibu Mila merasa terketuk hatinya untuk mendalami proses membuat produk yang
bermanfaat dari limbah plastik. Semangat yang tinggi serta niat untuk
menjalankan misi tersebut, akhirnya Ibu Mila menekuni kegiatan ini. Hasilnya
sampah yang seharusnya menjadi limbah yang membahayakan, dapat dimanfaatkan
untuk menjadi produk yang bermanfaat.
Kegiatan mendaur ulang produk limbah
plastik menjadi produk yang bermanfaat adalah solusi nyata untuk mengurangi
limbah plastik yang dihasilkan. Berkurangnya limbah berarti mengurangi jumlah
pencemar yang terdapat di bumi. Dengan berkurangnya pencemar berarti menjaga
agar bumi tetap lestari. Jika hal ini dapat diterapkan oleh wanita di
lingkungan sekitar wilayah tinggalnya di seluruh dunia, berarti kaum wanita
memiliki peran penting untuk menjaga kelestarian bumi.
Semoga.
No comments:
Post a Comment
Ayo dong komentar, terima kasih